ceramah/khidmat manaqib tqn suryalaya januari 2000
Telah kita ketahui bahwa setiap bulan mempunyai hikmah masing-masing. Begitu juga dengan bulan Ramadhan.
Huruf pertama yaitu “Ra”, bisa berasal dari kata Ru’yatullah. Hal ini sesuai dengan sebuah hadits, “Bagi siapa yang berpuasa, Allah akan memberikan dua kebahagiaan, yang pertama kebahagiaan pada saat ta’jil (berbuka puasa), sedangkan yang kedua akan mendapatkan kebahagiaan pada saat liqa’ (bertemu dengan Allah)”.
Untuk lebih memahami arti liqa bisa kita baca kitab Sirrul Asror karya Tuan Syeikh Abdul Qadir al-Zaelani q.s. halaman 49. Di dalamnya disebutkan bahwa manusia (muslim) harus melakukan shaum lahir dan bathin.
Shaum itu ada tiga tingkatan.
- Shaum umum yaitu menjaga lubang-lubang (bukan hanya perut tetapi juga lubang telinga, mata, hidung, lubang depan dan lubang belakang) dari sesuatu yang masuk sampai pada batas batin (yang tidak terlihat dari luar).
- Shaum tingkatan kedua yaitu shaum khusus; menjaga sekujur badan dari segala, maksiat (mata, telinga, mulut, tangan, kaki, dan lain-lain).
- Shaum Khawasil Khawas; yaitu menjaga hati dari lupa kepada Allah.
Ketiga jenis puasa ini harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Jadi ada puasa syariat dan puasa tharekat, dan keduanya harus dilaksanakan. Puasa syariat telah kita ketahui bersama. Sedangkan puasa tharekat adalah menjaga sekujur tubuh dari hal-hal yang diharamkan dan dilarang. Juga dari sifat yang tercela. Baik yang lahir maupun bathin di waktu siang dan di waktu malam. Jika berbuat hal-hal yang tercela maka batallah puasa tharekatnya. Sehingga dia harus memulainya lagi terus menerus hingga meninggal dunia. Mudah-mudahan ketika wafat dalam keadaan yang baik (shaum tharekat).
Huruf Kedua adalah “Mim”. Yang berarti magfiratullah (ampunan Allah). Untuk mendapatkan ampunan-Nya, maka kita harus bertaubat. Hukum bertaubat adalah wajib. Mudah-mudahan dengan berpuasa Allah akan mengampuni dosa-dosa kita, orang tua kita, dan seluruh ummat Islam. Amin. Ampunan dari Allah itu sangat berharga sekali bagi kita, sehingga lebih berharga dibandingkan dengan rezeki. Karena jika memperoleh ampunan Allah maka kita pun akan mendapatkan rezeki. Tetapi jika mendapatkan rezeki belum tentu mendapatkan ampunan dari-Nya.
Huruf Ketiga adalah “Dhadh” yang berasal dari Dhimanullah (tanggungan Allah). Didalam sebuah hadits Qudsyi Allah berfirman :”Shaum itu untuk Aku”. Maksudnya kalau shalat atau haji itu pahalanya untuk orang yang mengerjakannya tetapi shaum itu untuk Allah. Hal ini menunjukkan bahwa shaum agak berbeda dengan ibadah lainnya.
Selanjutnya masih dalam hadits tersebut : “…dan orang yang melaksanakan shaum akan Aku balas nanti, dan Aku tanggung dia”. Inilah tanggungan Allah yang harus kita kejar, semoga kita mendapatkannya.
Huruf Keempat adalah “Alif”, berasal dari Ufatullah (kasih sayang Allah). Dia adalah Maha Pengasih dan Penyayang kepada semua makhluk-Nya. Sedangkan kita kebanyakan ingin disayangi oleh Allah tetapi tidak mau menyayangi sesama. Dalam kontek inilah kiranya sangat tidak pantas diantara kita (pengamal TQN PP. Suryalaya) terjadi pertikaian.
Padahal Tanbih mengajarkan “Jangan sampai ada pertikaian dengan sesama”. Jika terjadi sesuatu hal diantara kita marilah kita koreksi diri. Jangan saling menyalahkan, hendaknya saling nasehat-menasehati atau mengingatkannya. Karena kesalahan sendiri biasanya kelihatan. Butuh orang lain untuk menyadarkannya.
Huruf Kelima adalah “Nun” (nurullah). Nurullah atau cahaya Allah ini marilah kita berupaya untuk mendapatkannya. Yang dimaksud cahaya Allah ini adalah al-Qur’an, dzikir, hati yang bersih, dan lain-lain. Kebanyakan kita baru bisa menyalurkan nasehat kepada orang lain melalui lisan kita kemudian didengar oleh telinga dan disimpan didalam otak. Belum bisa menyalurkan cahaya Allah itu menembus kedalam hati. Dengan demikian, marilah kita tingkatkan kualitas dzikir kita. Selain menunggu pantulan cahaya Allah melalui Syaikh Mursyid juga kita pun menyalurkannya kepada keluarga dan masyarakat kita. Amin.
sumber : suryalaya.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar