Minggu, 21 Juli 2013

IDUL FITRI DAN UMAT ISLAM

Oleh : KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhab


Idul fitri artinya kembali fitrah. Baik itu fitrah pribadi maupun fitrah umat. Dalam pengertian idul fitri pribadi terdapat pengertian yang dangkal yaitu kembali makan pagi. Pengertian yang lainnya adalah kembali kepada kejahatan atau keburukan. Dan pengertian yang lebih mendalam lagi adalah kembali bersih lahir bathin. Yang terakhir inilah yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Karena untuk bisa bersih lahir dan bathin kita memerlukan pembimbing yang memang sudah bersih hatinya. Lebih jelas lagi bahwa bersih lahir-bathin itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah dididik dibawah pendidikan seorang Mursyid.

Secara operasional untuk membersihkan lahir-bathin kita harus kembali kepada Maroji (buku pintar) yang bagi kita Ikhwan TQN PP. Suryalaya adalah Kitab Miftahush-Shudur yang lebih ringkasnya adalah Tanbih.

Jika kita telah mampu kembali kepada kedua hal tadi maka akan terbentuklah manusia yang bermujahabah untuk menurunkan nasrotullah yang penuh kasih sayang selain itu dengan mujahadah, dzikir, khataman dan riyadhah lainnya juga akan membukakan “Lemari-lemari Allah”. Dengan demikian perjuangan kita akan dibantu oleh Allah sehingga terasa ringan dan berhasil.

Didalam kitab Miftahush-Shudur disebutkan bahwa orang-orang yang belajar tarekat Qodiriyyah harus mempunyai hal-hal berikut :


  • Pertama adalah “Himmatul Aliyah”. Yaitu cita-cita yang tinggi (untuk pribadi) ialah keinginan untuk arif billah yaitu orang-orang yang seluruh tingkah lakunya cocok atau sesuai dengan perintah Allah. Untuk mencapainya tidak bisa dilakukan sendirian, tetapi memerlukan seorang bimbingan seorang Guru Mursyid yang akan membawa kita mencapai empat lapis alam yaitu : Nasut, Malakut, Jabarut, dan Lahut, hingga akhirnya wushul Illallah.

    Selanjutnya harus pula memiliki cita-cita untuk mendakwahkan Islam keseluruh dunia. Hal ini harus dilakukan dengan hikmah, yaitu bijaksana dan penuh kasih sayang. Metode dakwah yang bisa dilakukan adalah dengan lisan, dengan contoh perbuatan dan dengan ruh. Untuk yang terakhir ini hanya bisa dilakukan dengan ibadah-ibadah seperti dzikir, khataman, dan riyadhah lainnya yang akan memberikan petunjuk kepada pemeluknya dan orang lain.
  •  Kedua adalah “Hidmatul hurmat”. Yaitu selalu menghormati orang lain terutama Guru Mursyid, diantara kita (umat manusia bahkan seluruh makhluk) tidak boleh saling melecehkan, karena siapa tahu orang lain itu lebih mulia di mata allah. Dengan demikian kita harus menghormati sesam agama Islam, sesama bangsa bahkan seluruh umat manusia.
  • Ketiga adalah “husnul Khidmat”. Adalah memperbaiki khidmat sebaik-baiknya.
  • Keempat adalah “Nufudul Udzmah” . Yaitu melakukan amalan cukup berat seperti amalan Inabah.
  • Dan yang kelimanya adalah “Tadhimul Ni’mat” yaitu memuliakan dan mengagungkan nikmat-nikmat dari Allah.

Akhirnya marilah kita ambil hikmah dari Syawal : Syin-nya kita jadikan syukur atau ahli syukur. Wawu-nya dari kata wushul yaitu sampai kepada Allah. Alif-nya kita ambil dari kata Ushul yaitu meneliti, melaksanakan kaidah-kaidah dasar lingkungan kita. Dan lam-nya dari kata Liqa yang artinya bertemu dengan Allah. Bertemu dengan Allah bukan nanti setelah meninggal. Tetapi harus bisa dari sekarang. Sehingga kita mendapatkan perjuangan hidup ini. Amin.

sumber : suryalaya.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar