Minggu, 24 April 2011

Qalbu

Dua Macam Qalbu
  1. Qalbu jasmani, yaitu jantung
Ada hadits tentang qalbu yang sangat populer di masyarakat, sering diucapkan oleh para ustadz dan muballigh dalam ceramah-ceramah mereka. Tapi sayangnya orang kurang cermat memahami makna qalbu pada hadits ini.Abu Nu`aym menceritakan bahwa Rasulullah s.a.w. berkata:
“Sesungguhnya di dalam jasad ada sebongkah daging; jika ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya; bongkahan daging itu adalah QALBU”.
Hadits di atas jelas menyebut qalbu sebagai bongkahan daging (benda fisik) yang terkait langsung dengan keadaan jasad atau tubuh manusia. Bongkahan daging mana yang kalau ia sakit atau rusak maka seluruh jasad akan rusak?
Bahasa Arab mengenal qalbu dalam bentuk fisik yang di dalam kamus didefinisikan sebagai ‘organ yang sarat dengan otot yang fungsinya menghisap dan memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke kiri’. Jadi, qalbu adalah jantung. Dokter qalbu adalah dokter jantung. Jantung adalah bongkahan daging yang kalau ia baik maka seluruh jasad akan baik atau sebaliknya kalau ia rusak maka seluruh jasad akan rusak.
  1. Qalbu ruhani, yaitu hatinurani.
Ada juga jenis qalbu yang kedua, sebagaimana digambarkan dalam hadits berikut:

“Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di qalbunya”. (HR Ibnu Majah)
Jadi kalau banyak dosa qalbu akan dipenuhi oleh bercak-bercak hitam, bahkan keseluruhan qalbu bisa jadi menghitam. Apakah para penjahat jantungnya hitam? Apakah para koruptor jantungnya hitam? Tanyakanlah kepada para dokter bedah jantung, apakah jantung orang-orang jahat berwarna hitam? Mereka akan katakan tak ada jantung yang menghitam karena kejahatan dan kemaksiatan yang dibuat. Lalu apa maksud hadits Nabi di atas?
Qalbu yang dimaksud dalam hadits itu adalah qalbu ruhani. Ruh (jiwa) memiliki inti, itulah qalbu. Karena ruh (jiwa) adalah wujud yang tidak dapat dilihat secara visual (intangible) maka qalbu yang menjadi inti (sentral) ruh ini pun qalbu yang tidak kasat mata. Dalam bahasa Indonesia ‘qalbu ruhani’ disebut dengan ‘hatinurani’. Mungkin karena dianggap terlalu panjang dan menyulitkan dalam pembicaraan, maka orang sering menyingkatnya menjadi ‘hati’ saja. Padahal ada perbedaan besar antara ‘hati’ dengan ‘hatinurani’ sebagaimana berbedanya ‘mata’ dengan ‘mata kaki’.
Rupanya, istilah qalbu mirip dengan heart dalam bahasa Inggris, sama-sama memilki makna ganda. Heart dapat bermakna jantung (heart attack, serangan jantung) dapat juga bermakna hatinurani (you’re always in my heart, kamu selalu hadir di hatinuraniku). Maka apabila mendengar perbincangan tentang qalbu perhatikanlah konteksnya. Kalau yang berbicara adalah dokter medis, tentu qalbu yang diucapkannya lebih bermakna jantung. Tapi bila dikaitkan dengan perbincangan tentang moral, iman atau spiritualitas, maka maknanya lebih mengarah pada hatinurani yang wujudnya ruhaniah.
 
Qalbu orang yang berdosa akan menghitam. Ungkapan ‘menghitam’ di sini adalah ungkapan perumpamaan (majâzi, metaphoric) bukan ungkapan sesungguhnya (haqîqi). Namun bukan berarti karena dosa tak kan nampak bekas-bekas fisiknya lalu kita akan seenaknya saja berbuat dosa. Na`ûdzubillâh min dzâlik...

Qalbu Adalah Penghubung Manusia Dengan Allah
nti dari jiwa adalah hatinurani (qalbu). Qalbu juga merupakan penghubung antara manusia dengan Tuhannya. Allah berhubungan dengan manusia melalui Qalbu.

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah terhubung dengan manusia melalui qalbunya…”
(QS. 8:24) 

Juga dalam sebuah haditsnya Rasulullah SAW mengingatkan kita:

“Sesungguhnya Allah tidak memperhatikan penampakan lahiriyahmu, tapi yang selalu Allah perhatikan adalah qalbu-qalbu kamu yang ada di dalam dada.”

tubuh biologis manusia mengalami kematian, Saat itu qalbu jismani, yaitu jantung, sudah akan hancur bersama hancurnya tubuh di dalam kuburan. Tetapi qalbu ruhani, yaitu hatinurani, akan terbawa menghadap Allah SWT.
"Hari tidak ada lagi manfaat harta maupun keturunan.
Kecuali yang menghadap Allah dengan qalbu yang selamat."
(QS. 26:88-89)

sumber masalahnya adalah hawa nafsu yang ada di dalam diri dan setan/iblis yang ada di luar diri. Dengan gangguan keduanya qalbu dapat menjadi kotor dan rusak. Namun segala sesuatu ada pembersihnya dan pembersih qalbu adalah dzikrullah

"Janganlah kamu ikuti orang yang lalai qalbunya dari berdzikir kepada-Ku lalu ia ikuti hawa nafsunya"
(QS. 18:28)

"Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran"
(QS. 4:135)

"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa-nya?"
(QS. 25:43)

"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut dorongan hawa"
(QS. 53:3)

"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tu­hannya dan menahan diri dari dorongan hawa"
(QS. 79:40)
Fungsi Qalbu:
Di dalam Qalbu;
   - Mengakal (QS. 22:46)
   - Memahami (QS. :179)
   - Mengobservasi (QS. 22:46)
   - Mengimani (QS. 5:41, 39:45)
   - Merasa (QS. 2:260, 40:35, 57:16)
   - Merenungkan/dzikir (QS. 50:37, 43:36)
Isi Qalbu:
  1. Fitrah Allah (Sifat/Ilmu/Qudrat) (QS. 30:30)
  2. Bibit Iman (Kesaksian Iman) (QS. 7:172 & HR. Bukhari)
  3. Format ke-Allah-an (HR. Bukhari)
Problem Qalbu:
  1. Berkarat (Hadits)
  2. Tertutup (QS. 2:7)
  3. Mengeras (QS. 2:74)
  4. Berpenyakit (QS. 2:10)
  5. Buta (QS. 22:46)
  6. Brutal/kasar (QS. 3:159)
Kalau qalbu mengalami problem-problem tersebut maka fungsi qalbu akan terganggu atau bahkan terhenti sama sekali.
Akhlak Bermula dari Qalbu
Beruntunglah orang-orang yang memiliki qalbu yang bersih lagi jernih, yang dengan itu hubungannya dengan Allah akan berjalan mulus dan ia dapat menyerap cahaya Allah sebaik-baiknya. Allah SWT adalah cahaya langit dan bumi (QS. 24:35) dan Rasulullah s.a.w. sering berdoa:
Wahai Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami…(QS. 66:8) “Ya Allah, jadikanlah pada qalbuku selalu ada cahaya… “.
Ketika cahaya Allah telah terserap kedalam qalbu maka apa yang ada di dalam qalbu akan tumbuh memancar keluar, dan berkembang menjadi akhlak yang disebut Akhlak ke-Allah-an.
“Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah…”
Sebaliknya, qalbu yang rusak dan mati akan gagal menyerap cahaya Allah sehingga bibit iman dan sifat-sifat Allah yang ada di dalam qalbu juga mati. Qalbu yang mati akan gagal menjalankan fungsinya:
  • Mengendalikan hawa nafsu, dan
  • Membentengi diri dari setan/iblis.
Akibatnya setan/iblis dengan leluasa masuk ke dalam diri dan mengobar-ngobarkan hawa nafsu sehingga muncul dorongan-dorongan biologis kebinatangan. Kalau sudah begitu akhlaq yang terbentuk pun merupakan akhlaq kebinatangan atau akhlak kesetanan.
Ada banyak lafazh dzikir seperti: subhânallâh, alhamdulillâh, allâhuakbar dan lain-lain. Namun menurut Rasulullah s.a.w.:
Dzikir yang paling utama adalah: Lâ-ilâha-illa-llâh
(HR. Ahmad)
Dzikir ini diawali dengan penafian (lâ-ilâha):
- tiada tuhan
- tiada yang didamba
- tiada yang diharap
- tiada yang dicintai
- tiada yang sembah
- tiada yang dipuja
- tiada yang dimuliakan
- tiada yang dijadikan tempat bergantung
- tiada yang disegala-galakan...
lalu disambung dengan peneguhan (illa-llâh):
- kecuali Allah
- hanya Dia
Dengan penafiannya dzikir ini membersihkan manusia dari segala bentuk ‘ketuhanan’ palsu, dengan peneguhannya dzikir ini memantapkan iman di dalam qalbu. Iman yang fluktuatif, selalu naik dan turun, perlu selalu diperbarui sebagaimana kata Rasulullah saw:
Rasulullah s.a.w: “Perbaharuilah selalu imanmu”.
Dikatakan: “Bagaimana kami memperbaharui iman kami?”
Rasul: “Dengan memperbanyak ucapan
Lâ-ilâha-illallâh
(HR. Ahmad)

Tawajjuh dan Talkin Dzikir

Tawajjuh (menghadapkan diri kepada Allah SWT) terjadi dalam Dzikir Sirri. Dzikir Sirri dilakukan dengan menundukkan kepala dalam-dalam, arahkan ke titik lathifah qalbi di bawah puting susu kiri, memejamkan mata, mengatupkan bibir (kalau perlu lidah pun dilipat ke langit-langit atas agar tak ikut bergetar), lalu rasakan asma Allah menelusup masuk ke qalbu.
Apabila sebelumnya telah melakukan Dzikir Jahri dengan tepat maka pada saat Dzikir Sirri di qalbu akan ada rasa:
  • Rasa terbakar, kehangatan yang menjalar dari api cinta dan rindu kepada Allah SWT.
  • Rasa tenggelam, terhanyut dalam lautan rahmat Allah SWT, terengkuh dalam pelukan qudrat-Nya dan tertimang dalam buaian iradat-Nya.
  • Rasa terguncang, terguncangnya jiwa dan raga oleh getaran qalbu yang berdzikir mengingat Allah (QS. Al-Anfal 8:2).
  • Puncaknya adalah air mata kebahagiaan yang mengalir dari taman taqwa di dalam qalbu.
Burung terbang dengan dua sayap...
Ruh melayang dengan dua dzikir: jahri dan sirri



Talqîn Dzikir
Sebagai persiapan untuk dapat berdzikir dengan baik, qalbu dan lathifah-lathifah yang menjadi sensornya harus mengalami tune up atau initiation lebih dulu. Semua perangkat itu harus menjalani proses aktifasi lebih dulu. Itulah yang disebut dengan talqin dzikir.
  • Berasal dari kata laqqana (membelajarkan), maka talqiynâ (pembelajaran).
  • Talqin Dzikir = Pembelajaran Dzikir: 
    • Proses ruhaniyah
    • Menanamkan bibit dzikir ke dalam qalbu murid
    • Menghubungkan qalbu murid dengan qalbu mursyid agar masuk dalam pantauannya.
  • Dilakukan oleh wali mursyid (wali pembimbing) yang:
    • Taqwa
    • Qalbunya dawâm (ajeg) dalam dzikrullah,
    • Kuat dalam tawhid,
    • Tercahayai oleh nur ilahi.
  • Talqin Dzikir dapat mursyid lakukan melalui wakil talqin.
Cermin yang jernih tak perlu sapuan lap,
Qalbu yang jernih tak peduli ucapan lafazh...
Kalau dzikir hanya sebatas mulut,
Bukankah burung beo peniru nomor satu?
Alla…hu, Huwa…, Hu…
Metode Dzikir
Bagaimana cara menghidupkan qalbu? Bagaimana cara menghunjamkan dzikir jahri dari mulut agar tembus menjadi dzikir sirri di dalam qalbu?
“…maka bertanyalah kepada ahli dzikir (bukan ahli fikir! - pen.) jika kamu tidak mengetahui.”
(QS. 16:43)
Ada banyak metode (thariqah) yang digunakan para ahli dzikir, diantaranya metode Qadiriyah Naqsyabandiyah Suryalaya:
  1. Gunakan Dzikir Utama berulang-ulang
  2. Lewatkan titik-titik lathifah (sensor) untuk menghunjam masuk ke dalam qalbu
  3. Sertakan hentakan/tekanan (dharban) yang kuat
  4. Rasakan jangan fikirkan


Titik Sensor (Lathifah)
Dzikir Jahri yang diucapkan dengan mulut harus ditembuskan ke pusat ruh yaitu Qalbu, kalau tidak ia hanya akan menjadi gelombang-gelombang suara yang lepas mengembara di angkasa tanpa menembus alam lâhût dan `arasy Allah. Untuk menembuskannya, saat mulut melafazhkan kalimat Lâ-ilâha-illa-llâh kita jalarkan kalimat tersebut pada titik-titik lathifah/sensor:
1. Lathifah Qalbi
2. Lathifah Ruhi
3. Lathifah Sirri
4. Lathifah Khafiy
5. Lathifah Akhfa
6. Lathifah Nafs
7. Lathifah Qalabi

Pengucapan kalimat Lâ-ilâha-illa-llâh dilakukan dengan suara tegas, dirasakan / dijalarkan dari bawah pusar keatas hingga ubun-ubun, lalu ke sebelah kanan dari titik 2 jari di atas puting susu ke arah titik 2 jari dibawah putting susu, lalu ke sebelah kiri dari titik 2 jari di atas putting susu dihunjamkan ke titik 2 jari di bawah putting susu kiri. Penjalaran dzikir ini diarahkan dengan gerakan kepala ke atas, lalu ke kanan dan ke kiri.
Semua itu dilakukan dengan tekanan/ hentakan yang kuat (dharban) kedalam tubuh hingga terasakan kedalam ruh/jiwa orang yang melakukannya. Lakukan itu berulang-ulang, sebanyak-banyaknya, sehingga terbentuk apa yang disebut the magical power of repetition.
“…dzikirkan olehmu Allah sebanyak-banyaknya.”
(QS. 33:41)
Dalam melakukannya jangan gunakan fikiran, tapi gunakan rasa, karena berdzikir memang bukan berfikir. Allah swt tegas membedakan dzikir dengan fikir di dalam QS. Ali Imran 3:191. Sekali lagi: rasakan, jangan fikirkan!
Manakala dzawq (rasa) di dalam qalbu telah dapat merasakan iman tawhid maka Dzikir Jahri boleh dihentikan dan diganti dengan Dzikir Sirri.
Kadang orang masih penasaran bertanya, sebanyak-banyaknya itu berapa kali? Para ulama dzikir menyatakan sekurang-kurangnya 5 x 33 alias 165 kali. Orang sudah biasa berdzikir 33 kali, lakukanlah Dzikir Jahri ini 5 kali lipatnya sehingga menjadi 165.
Apakah harus tepat sejumlah itu? Tidak harus! The more the better (makin banyak, ya makin baik). Ibarat orang mengaduk adonan kue/roti, adukan itu harus mencukupi hingga adonan mengembang, lalu dibakar di oven. Kalau adukan kurang memadai dan adonan belum mengembang lalu langsung dibakar dengan oven apa jadinya? Bantat. Begitu pula dzikir. Kalau Dzikir Jahri kurang kuat tekanannya, atau kurang banyak pengulangannya, maka ia belum sampai menembus dan menggetarkan qalbu. Kalau langsung dihentikan maka Dzikir Sirri belum terbentuk di qalbu, akibatnya qalbu belum terhubung ke Allah SWT, nikmat dan manfaat dzikir pun tidak tercapai.
Muncul pula pertanyaan mengapa pengarahan jalaran dzikir itu menggunakan gerakan kepala ke atas, ke kanan, lalu ke kiri? Ulama dzikir dalam istinbatnya menarik hikmah dari ayat:
Iblis: “Lalu akan aku datangi manusia dari hadapan mereka, dan dari belakang mereka, dan dari kanan mereka, dan dari kiri mereka…”
(QS. 7:17)
Gerakan dzikir ke atas maksudnya untuk menepiskan iblis yang menyerang dari depan dan belakang, gerakan dzikir ke kanan dan ke kiri untuk menepiskan iblis yang ada di kanan dan kiri.
Dzikir itu proses rasa dan kesadaran, bukan proses fikir yang kognitif. Makanya kalau berdzikir jangan berfikir. Singkirkan semantika dan gramatika, juga tak perlu logika dan algoritma. bahkan Allah juga sudah menegaskan dalam Al Qur'an surat al-Imran ayat 191:
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". (QS. 3:191)
Jelas perbedaannya antara berdzikir dan berfikir, dzikir hanya kepada Allah dan fikir adalah tentang sebab akibat. Jadi dalam berdzikir gunakan saja rasa…, rasa… dan rasa… Abah Anom, seorang sufi besar Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah, mempunyai pesan yang selalu diingat oleh murid-murid beliau:
“Jangan merasa pandai, tapi pandailah merasa…”
Berfikir itu melangkah, sedangkan berdzikir adalah menari. Berfikir itu kucing yang memandangi isi kolam, berdzikir itu ikan yang bersenandung di dalam kolam.
Qarin
Qarin artinya “menyertai, membarengi, mendampingi, menemani” Qarînu artinya “penyerta, pembareng, pendamping, teman”
Manusia memiliki 2 jenis qarîn, berupa malaikat dan jin/iblis/setan.

Manusia dan pendampingnya
"Sesungguhnya Kami yang mencipta manusia dan Kami mengetahui apa yang terbersit di dalam dirinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya sendiri.
Karena ada dua pencatat amal perbuatannya, di sebelah kanan dan di sebelah kiri.
Tiada suatu ucapanpun terlafazkan kecuali akan tercatat dan terekam.
Hingga datanglah sakaratul maut dengan senyatanya, hal yang selalu kamu hindari.
Lalu ditiuplah sangkakala, itulah hari terlaksananya ancaman.
Lalu datanglah tiap-tiap diri, masing-masing diiringi malaikat penggiring dan malaikat penyaksi.
Dulu kamu selalu mengabaikan hal ini. Dan sekarang Kami singkap penghalang matamu, sehingga kamu dapat melihatnya dengan jelas.
Saat itu berkatalah qarîn (malaikat pendampingnya): 'Inilah perbuatan orang itu yang tercatat pada kami'.
Allah berfirman: 'Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala,
yang sangat enggan melakukan kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu,
yang menjadikan bersama Allah ada sesembahan lain, lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat dahsyat'.
Lalu berkatalah qarîn-nya (pendamping dari golongan setan):

'Wahai Tuhan kami, bukan aku yang menyebabkannya melampaui batas, tapi dia yang memang pergi sesat terlalu jauh'."
(QS. Qaaf 50:16-27)
Setan
Setan ada 2 jenis:
Jin & Manusia
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi ada musuh-musuhnya, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah dan mengecoh…" (QS. Al-An`âm 6:112)
"Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. dari (golongan) jin dan manusia." (QS. An-Nâs 114:4-6)
Apa itu Iblis?
"Dan ketika Kami katakan kepada para malaikat: 'Sujudlah kalian kepada Adam' maka para malaikat pun bersujud, kecuali iblis yang berasal dari golongan jin. Ia mendurhakai perintah Tuhannya..." (QS. Al-Kahfi 18:50)
Balasa = kecewa, putus asa
Ibliys = jin yang kecewa, jin yang putus asa
Kecewa dari apa?
"Allah berfirman: 'Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-cipta dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu takabbur atau merasa lebih tinggi?'. Iblis berkata: 'Aku lebih baik dari dia, Engkau cipta aku dari api sedangkan dia Kau cipta dari tanah'. (QS. Shâd 38:75-76)
Iblis adalah oknum jin yang kecewa, karena disuruh sujud kepada Adam, lalu membangkang kepada Allah dengan pasif tidak mau bersujud.
Kehidupan Iblis

"Allah: 'Keluar kau dari sini, sesungguhnya engkau terkutuk sekali. Dan untukmu ada laknat-Ku sampai hari pembalasan'.
Iblis: 'Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan'.
Allah: 'Sesungguhnya engkau termasuk yang ditangguhkan, sampai hari yang ditentukan (kiamat)'.
Iblis: 'Dengan kuasa-Mu juga, sungguh pasti aku akan selalu menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas di antara mereka'."
(QS. Shâd 38:77-83)
JIN
Asal Penciptaannya
"Sesungguhnya Kami cipta manusia dari tanah liat, dari lumpur hitam yang dibentuk.
Adapun jin, kami cipta sebelumnya dari api yang sangat panas".

(QS. Al-Hijr 15:26-27)
Kesamaan Jin dan Manusia
  1. Tujuan Penciptaannya;
    "Tidaklah Ku-cipta jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku". (QS. adz-Dzâriyât 51:56)
  2. Alat Hidup Yang Dimiliki;
    “Sungguh telah kami tetapkan, yang akan masuk jahanam nanti adalah kebanyakan dari jin dan manusia.
    Mereka memiliki qalbu tapi tak digunakan untuk memahami. Mereka memiliki mata tapi tak digunakan untuk mengamati. Mereka memiliki telinga tapi tak digunakan untuk menyimak”.
    (QS. Al-A`raf 7:179)
  3. Kewajiban Mempelajari Al-Qur’an;
    "Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu serombongan jin untuk mempelajari Al Qur'an, maka tatkala mereka menghadirinya mereka berkata: 'Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)'. Ketika sudah selesai, mereka pun kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.
    Mereka berkata: 'Wahai kaum kami, sungguh kami telah mendengar kitab yang diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya, yang mengarahkan pada kebenaran dan jalan yang lurus.
    Wahai kaum kami, terimalah orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.
    Siapa yang tidak menerima orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan lepas dari azab Allah di muka bumi, padahal tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu sungguh berada dalam kesesatan yang nyata'".
    (QS. Al-Ahqâf 46:29-32)
  4. Ada yang Shalih/Muslim, ada yang Jahat/Kafir;
    "Dan sesungguhnya di antara kami ada yang saleh (baik) dan ada pula yang tidak demikian (jahat). Tiap-tiap kami menempuh jalan yang berbeda-beda."
    "Dan sesungguhnya di antara kami ada yang muslim (tunduk patuh) dan ada pula yang membangkang. Siapa yang tunduk patuh berarti telah memilih jalan yang lurus". (QS. Al-Jin 72:11, 14)
  5. Yang Kafir sama-sama masuk neraka;
    "Dan pada hari Allah mengumpulkan mereka semuanya, (Allah berfirman): 'Hai golongan jin mengapa banyak sekali manusia yang menjadi pengikutmu?', lalu berkatalah para sahabat mereka dari golongan manusia: 'Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami'. Allah berfirman: 'Nerakalah tempat tinggal kalian, kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)'. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui."
    "Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: 'Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri', kehidupan dunia telah mengecoh mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka dulunya kafir.” (QS. Al-An`âm 6:128, 130)
إِلَهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ
Ilâhî Anta maqshûdî / Tuhanku, Engkaulah yang kumaksud,
وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ
Wa ridhâka mathlûbî / dan ridhaMU yang kucari,
أَعْطِنِيْ مَحَبَّـتَكَ وَ مَعْرِفَتَكَ
A`thinî mahabbataka wa ma`rifataka/ limpahkan daku cintaMU dan makrifahMU
============
1.
اَللَّـهُمَّ يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ
Allahumma yâ qâdhiya l-hâjât / Wahai Allah, pemenuh segala hajat & kebutuhan…
Hajat kami banyak, ya Allah…
penuhilah hajat dunia kami, juga hajat akhirat kami…
2.
اَللَّـهُمَّ يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ
Allahumma yâ kâfiya l-muhimmât / Wahai Allah, pencukup segala kepentingan…
Cukupkanlah kepentingan rumah tangga kami…
Cukupkanlah kepentingan pendidikan anak-anak kami…
Cukupkanlah kepentingan usaha dan pekerjaan kami…
Cukupkanlah kepentingan ibadah kami…
Cukupkanlah bekal kami untuk berhaji,
sebelum mati mendatangi…


3.
اللَّـهُمَّ يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ
Allahumma yâ dâfi‘a l-baliyyât / Wahai Allah, penolak segala bala’…
penepis segala bencana…
Jauhkanlah kami dari berbagai bala’ dan bencana…
- bencana natural, maupun bencana moral…
- bencana finansial, maupun bencana spiritual…
Jauhkan kami dari bencana rumah tangga, ya Allah…
4.
اللَّـهُمَّ يَا رَافِعَ الدَّرَجَاتِ
Allahumma yâ râfi‘a d-darajât / Wahai Allah, pengangkat derajat…
peninggi martabat…
Angkatlah derajat dan martabat kami…
Muliakanlah umat Muhammad ini di hadapan umat-umatMu yang lain…
Jangan Engkau perhinakan kami,
hanya karena banyaknya dosa dan maksiat yang kami buat…
Tutuplah segala cacat, aib, cela, dan kekurangan-kekurangan kami…
5.
اللَّـهُمَّ يَا شَافِيَ الْأَمْرَاضِ
Allahumma yâ syâfiya l-amrâdl / Wahai Allah, penyembuh dari segala penyakit…
Sembuhkanlah kami dari penyakit-penyakit jismani…
juga penyakit-penyakit ruhani…
Jauhkanlah kami dari penyakit munafik…
6.
اللَّـهُمَّ يَا مُجِيْبَ الدَّعَوَاتِ
Allahumma yâ mujîba d-da‘awât / Wahai Allah, penjawab segala doa…
Engkau pengabul segala permohonan…
Perkenankanlah segala permintaan kami…
Sampaikanlah anak-cucu kami pada cita-cita dan harapan mereka…
7.
اللَّـهُمَّ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Allahumma yâa arhama r-râhimîn / Wahai Allah, Maha Penyayang di antara para penyayang
Sayangilah kami ya Allah…
Jadikanlah kami orang-orang yang Engkau cintai,
sekaligus orang-orang yang mampu untuk saling mencintai…
Sebagaimana kami selalu mengharap ampunan dan maaf dariMu…
jadikan pula kami orang-orang yang mampu memaafkan orang lain…
Angkatlah segala marah & iri, benci & dendam,
serta kekecewaan dari diri kami…

Syekh Abdul Qadir Jailani,

"Dudukkanlah dirimu bersama kehidupan duniawi, sedangkan kalbumu bersama kehidupan akhirat, dan rasamu bersama Rabbmu."
Dalam teori inabah, untuk menancapkan iman dalam qalbu, tak ada cara lain kecuali dengan dzikir laa ilaha ilallah, cara ini di kalangan TQN disebut talqin. Demikian juga dalam mesikapi mereka yang dirawat di pesantren Inabah. Mereka harus diberikan 'pedang' untuk menghalau musuh-musuh di dalam hati mereka, pedang itu adalah dzikrullah.
Tarikat adalah pengamalan syariat, melaksanakan hal - hal yang ditetapkan dalam syariat, dan menjauhi sikap menganggap remeh sesuatu yang seharusnya tidak dianggap remeh. Anda juga boleh berpendapat bahwa tarikat adalah menjauhi hal-hal yang dilarang baik zahir maupun batin dan mematuhi segala yang diperintahkan Allah Swt

Prinsip dasar tasawuf ada lima.
Pertama, takwa kepada Allah Swt,
baik di saat sembunyi maupun di kala terbuka di depan umum. ini bisa terwujud dengan kewaraan dan keistiqamahan.
Kedua, mengikuti sunah Nabi baik dalam perkataan dan perbuatan.
         ini bisa terwujud dengan menjaga dan selalu berusaha memperbaiki akhlak diri.
 Ketiga, berpaling dari makhluk baik ketika disukai maupun ketika tidak disukai, ini bisa terwujud dengan cara bersabar dan bertawakal.
Keempat, ridha dengan apa yang telah diberikan Allah Swt.
baik banyak maupun sedikit. ini bisa terwujud dengan sikap qanaah dan menyerahkan sepenuhnya segala sesuatu pada Allah Swt.
Kelima, kembali kepada Allah Swt.
dalam keadaan lapang maupun keadaan sempit. Ini bisa terwujud dengan bersikap syukur pada saat lapang dan berlindung pada-Nya pada saat dalam keadaan sempit.
Hukum mempelajari tasawuf adalah mutlak wajib. Karena tidak ada seorang pun yang terbebas dan aib atau penyakit hati kecuali para nabi.