Oleh : K.H. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab
(Sabtu, 12 Rabiul Akhir 1434 H / 23 Pebruari 2013 M)
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Almukaromin wal muhtaromin. Bil khusus ruhna Hadrotis Syaikh Guru Agung
Pangersa Abah (KH. A. Shohibulwafa Tajul Arifin), almukaromin para wakil
talqin,
keluarga besar Pangersa Abah Sepuh dan Pangersa Abah Anom, para pengurus
YSB Suryalaya Pusat, Korwil, Perwakilan, Pembantu Perwakilan,
Mubalighin/Mubalighat,
Ibu Bella, semua ikhwan wal akhwat rohimakumullah.
Hadirin, bulan Maulid Rabiul Awal manaqib kita adalah berkaitan dengan Peringatan Maulid Nabi.
Bulan Rabiul Akhir, kalau orang sunda menyebutnya “silih mulud”, kalau orang jawa banyak menyebutnya “syawal mulud/ ba’dil mulud”. Ada hal yang sangat terkait sebagaimana yang dibacakan oleh pembaca Manqobah (KH. Abdul Qohir), beliau membacakan tentang Wafatnya Guru Agung, Pemimpinnya para wali, imamnya para asfiya (para sufiya), gaidnya para ahli ma’rifat Syaikh Abdul Qodir Al Jailani qs.
Bulan Rabiul Akhir, kalau orang sunda menyebutnya “silih mulud”, kalau orang jawa banyak menyebutnya “syawal mulud/ ba’dil mulud”. Ada hal yang sangat terkait sebagaimana yang dibacakan oleh pembaca Manqobah (KH. Abdul Qohir), beliau membacakan tentang Wafatnya Guru Agung, Pemimpinnya para wali, imamnya para asfiya (para sufiya), gaidnya para ahli ma’rifat Syaikh Abdul Qodir Al Jailani qs.
Izin Allah qori kita (Ust. Abdul Wahid) membacakan surat Al Muluk. Kalau
ditanya bagi orang yang berthariqat ayat Quran-nya ayat quran mana sih ?
Saya melihat sebuah budaya, fenomena yang berjalan, mungkin karena
keterbatasan bekal ilmu banyak sekali orang berthariqat yang kalau
mengangkat Quran
sebatas ayat-ayat yang ada “dzikru”nya, misal : fadzkuru, dzakirin, dzakiro, udzkur. Di satu pihak baik, jangan sebut salah,karena itu memang
Al Quran.
Kurang lebih kalau kita membuka Kitab Mu’jam Al Mufaros ada 300 ayat lebih yang memakai kalimat “dzikru”. Tetapi jangan menganggap ayat lain bukan ayat dzikir, ini kepada Sauradara-saudara saya para Mubaligh/Mubalighoh terutama silahkan, dari mulai Al Fatihah sampai An Nas semuanya Al Quran itu disebur dzikir “inna nahnu nazzalna dzikro wa inna lahu lahaafidzuun” sebab ketika mubaligh kita mengangkatnya hanya ayat dzikir, terus terang oleh ulama yang tidak senang terhadap thoriqat, maaf ditertawakan. Ayo kita tambahkan ilmu, sesuai dengan Maklumat Guru Agung Pangersa Abah “Tambahkan pengetahuan”, belajar dzikir tidak menafikan pengetahuan karena pengetahuan menjadi syarat di dalam berdzikir. Yang jangan itu berfatwa berlebihan, bahwa untuk belajar dzikir thoriqat harus sudah mengusai 12 pan umpama, itu opini yang dibuat, tidak begitu. Anda bodoh super bodoh sekalipun sah untuk mengambil belajar thoriqat. Tidak faham Quran tidak faham Hadits masuk Islamnya pun baru umpamanya, sah.
Ada pengalaman saya : waktu itu ada yang baru masuk Islam dan ingin juga mendapatkan talqin dzikir thoriqat, waktu itu saya tidak berani. Saya telepon dulu ke Pangersa Abah (hati-hati .....hati-hati..... kepada yang pintar-pintar, dalam hal-hal thoriqiyyah ada tatakrama tertentu), saya tidak langsung mengiyakan. Setelah ada jawaban baru Saya lakukan proses talqin tersebut.
Kurang lebih kalau kita membuka Kitab Mu’jam Al Mufaros ada 300 ayat lebih yang memakai kalimat “dzikru”. Tetapi jangan menganggap ayat lain bukan ayat dzikir, ini kepada Sauradara-saudara saya para Mubaligh/Mubalighoh terutama silahkan, dari mulai Al Fatihah sampai An Nas semuanya Al Quran itu disebur dzikir “inna nahnu nazzalna dzikro wa inna lahu lahaafidzuun” sebab ketika mubaligh kita mengangkatnya hanya ayat dzikir, terus terang oleh ulama yang tidak senang terhadap thoriqat, maaf ditertawakan. Ayo kita tambahkan ilmu, sesuai dengan Maklumat Guru Agung Pangersa Abah “Tambahkan pengetahuan”, belajar dzikir tidak menafikan pengetahuan karena pengetahuan menjadi syarat di dalam berdzikir. Yang jangan itu berfatwa berlebihan, bahwa untuk belajar dzikir thoriqat harus sudah mengusai 12 pan umpama, itu opini yang dibuat, tidak begitu. Anda bodoh super bodoh sekalipun sah untuk mengambil belajar thoriqat. Tidak faham Quran tidak faham Hadits masuk Islamnya pun baru umpamanya, sah.
Ada pengalaman saya : waktu itu ada yang baru masuk Islam dan ingin juga mendapatkan talqin dzikir thoriqat, waktu itu saya tidak berani. Saya telepon dulu ke Pangersa Abah (hati-hati .....hati-hati..... kepada yang pintar-pintar, dalam hal-hal thoriqiyyah ada tatakrama tertentu), saya tidak langsung mengiyakan. Setelah ada jawaban baru Saya lakukan proses talqin tersebut.
Ini bagi saya menjadi bukti bahwa untuk menjagi pengamal thoriqat
manapun khususnya TQN Pontren Suryalaya, bukan tidak boleh belajar ilmu
tapi tidak disyaratkan
harus sudah tinggi ilmu. Catat itu, sering salah faham itu. Mau dari
dalam dulu terus yang luar, silahkan. Dari luar dulu terus yang dalam,
boleh.
Bijaksananya....masya Allah. Alhadulillah. Ini semua adalah sebuah
Ijtihad, tidak berlebihan kalau saya menyebutkan Hadrotus Syaikh Guru Agung
Pangersa Abah adalah Al Mujtahid fith-thoriq. Bukan mujtahid
dalam fiqih, tapi beliau mendapatkan kemampuan membuat
kebijakan-kebijakan di dalam hal
berthoriqat. Antara lain : Andai belajar thoriqat ini harus memenuhi
syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh para sufiyyah masa lalu, maka
orang seperti kita
tidak kebagian. Paling menjadi pengikut bagian belakang, tidak ikut
mengamalkan. Beliau bekerja keras, beliau melakukan Muroqobah pada Allah,
Beliau melakukan Riyadhah, saum yang sangat lama, sholatul lail yang tiada bolos tiada kosong, munajat dengan ikhlas, maka orang-orang yang
sekelas kita yang begitu kotor, bodoh mendapatkan kesempatan untuk mengamalkan. Alhamdulillah. Terimakasih......Guru Agung, ..........terimakasih.
Sungguh banyak ulama yang ilmunya tinggi tapi oleh Allah tidak diberi
kesempatan. Tetapi Allah memberikan kelebihan, kelebihan yang terutama
adalah dibidang
ma’rifat , di bidang ibadah, dibidang akhlaq. Andai karena tidak
belajar Akhlaq, mohon maaf pak kalau soal ngaji kitab, Sukabumi, Cianjur
jagonya.
Wong Pangersa Abah sendiri belajar ngajinya dari Cianjur (dari
Jambudwipa, Cicariang) di Sukabumi (Cimalati) kalau soal ilmu, tetapi
tugas dari Allah kita
bukan sekedar ilmu, mari kita rujuk kepada surat tadi.
Sebagai khodim Pesantren Suryalaya, apapun
pangkatmu, setinggi apapun pengetahuanmu, sehebat apapun ibadahmu,
sehebat apapun kemampuan
manajemenmu yang namanya murid Suryalaya, semuanya adalah Khodim
(Pelayan). Seluruh murid TQN Pontren Suryalaya, setinggi apapun ilmunya,
sehebat apapun ibadahnya,
sehebat apapun amalnya, sekaya apapun hartanya, sehebat apapun
kepemimpinannya, setinggi apapun pangkatnya, posisikan diri anda semua
jangan ragu kita
semua adalah Khodim (Pelayan). Kita tidak boleh lupa perkataan Khodimul Muqoddam (Khodim utama), saya menyebutnya di antara khodim utama
adalah Pangersa Akeh, Pangersa Aang-Cianjur, sepuh-sepuh yang terus berkhidmat. Beliau mengatakan di mimbar ini “Awas jangan lupa tujuan kita semua kesini
untuk menerima limpahan” siapkan wajannya, yang bolong ditutup, buang yang berkarat, “sugan we sa kecret luluberan teh kena ka urang” barangkali
saja ada setetes limpahan itu kena kepada kita, maaf tidak bermaksud menasihati siapapun jangan salah faham.
Hadirin rahimakumullah.
Kita adalah Khodim, para pelayan. “tabaarokalladzii biyadihil mulk” Maha Barokah dzat Allah yang ditangan Dia seluruh kerajaan bumi, langit, dunia, akhirat
semua kekuasaan ditangan Dia. “Wahuwa ‘ala kulli syai-in qodiir” Dia terhadap segala sesuatu (apapun sesuatu itu) mampu. Bagaimana tidak mampu
wong Dia Sang Pencipta, Dia yang mentakdirkan. Dan Dia pula “alladzii kholaqol maut” yang menciptakan maut. Kalau bicara maut jangan sebatas maut setelah
hidup, wong sebelum hidup juga kita sudah maut, tadinya maut lalu hidup setelah hidup maut setelah maut hidup lagi, “wal hayat” dan
hidup.
Khususnya hidup di muka bumi ini untuk apa Ya Allah kami dihidupkan
dimuka bumi ini ? (ngadon ngariweuhkeun, ngadon ngaheuheurinanan) Allah
berfirman
“liyabluwakum” untuk menguji, ngetes, imtihan, mencoba; “ayyukum ahsanu ‘amala” siapa
diantara kamu sekalian yang amalannya
(amalan urusan ukhrowinya, dunianya, ibadahnya, aqidahnya, pelayanannya;
amal itu jangan disempitkan hanya sholat rukun Islam saja bukan, semua
pekerjaan, amal).
Awas kawan-kawan, awas para wakil talqin, hati-hati para pengurus,
kawan-kawan di gugus depan di Suryalaya ketika mengalami barokah dari Pangersa Guru Agung
Hadrotus Syaikh Pangersa Abah Anom, jangan pernah dalam hati kita mengatakan “Aku Hebat”. Ke Ananiyahan sangat
berbahaya di dalam Thoriqat.
Yang muncul dalam qalbu kita adalah Agungnya Guru, Karomah Guru. Saya
berani berandai-andai. Andai semua pimpinan di tingkat negara maupun
keumatan memahami Tanbih
Pangersa Abah Sepuh yang ditandatangi oleh Guru Agung Pangersa Abah
Anom, dunia pasti aman, masyarakat pasti sejahtera.
“huwal ‘azis” Allah Maha Perkasa, “huwal ghafur” Allah Maha Pengampun, diantara kerja Allah adalah “alladzii kholaqo sab’a samaawaatin tibaaq”
Allahlah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.
Salah satu Adab Murid di dalam thariqat yang terdapat dalam Kitab Anwarul Qudsiyyah diantaranya “yaqinuka bi anna syaikhoka mursyiduka” keyakinanmu bahwa gurumu adalah mursyidmu yakini jangan ragu-ragu, kalau anda ragu-ragu maka dia sebesar dugaan kita. Abah Anom adalah Waliyyan Mursyida seorang Waliyullah yang sampai ke tingkat Irsyad dan ia mampu membawa ruh kita dari mulqi ke alam lahut. Kita sekalian posisinya adalah sebagai khodim. Di dalamnya (kitab Anwarul Qudsiyyah) ada apa lagi, diantara 24 adab adalah “al bu’du ansyammiriisithoriqoh” em>jauhkan dirimu dari merasa kamu sudah mencapai maqam dalam thoriqat. Ini normatif, jangan salah faham saya tidak bermaksud menyinggung siapapun. Wahai semua murid kontrol hati masing-masing jangan sampai anda merasa “aku sih sudah punya maqam/kelas tertentu”. Seribu kali karomah melimpah pada kita, tidak ada karomah itu karomah dirimu sendiri. Bahkan dalam Kitab Al Hikam dikatakan “innamaa nahnu fitnatun idzaa fatahalaka baaban minattawajjuh fala tubaali ‘an ghalla ‘amalu” kalau anda dalam belajar thariqat merasakan kehebatan/keluarbiasaan yang diberikan Allah pada diri saudara, hati-hati jangan menganggap bahwa itu adalah tempat tertinggi bagi saudara. “falmathluubu amaamat” yang kau cari masih di depan sana. Silahkan saudara-saudara mau mengambil pemikiran yang mana, mari kita istiqamah...istiqomah....kita selalu berdo’a diakhiri dengan “Wa’tashimu bi hablillah” berpeganglah semuanya pada tali Allah, “walaa tafarroquu” jangan bercerai berai, jangan.... kita sedang diuji, iman kita sedang diuji, kebenaran kita dalam berthariqat sedang diuji, ruh kita sedang diuji, qalbu kita sedang diuji. Bagi yang masih berada dibelakang kira-kira maqamnya sabarlah, tidak usah menyalip orang. Bagi yang sudah di depan hati-hati....offsite. Semuanya kontrol diri. Saya bicara begini supaya tidak ada yang gagal.
Salah satu Adab Murid di dalam thariqat yang terdapat dalam Kitab Anwarul Qudsiyyah diantaranya “yaqinuka bi anna syaikhoka mursyiduka” keyakinanmu bahwa gurumu adalah mursyidmu yakini jangan ragu-ragu, kalau anda ragu-ragu maka dia sebesar dugaan kita. Abah Anom adalah Waliyyan Mursyida seorang Waliyullah yang sampai ke tingkat Irsyad dan ia mampu membawa ruh kita dari mulqi ke alam lahut. Kita sekalian posisinya adalah sebagai khodim. Di dalamnya (kitab Anwarul Qudsiyyah) ada apa lagi, diantara 24 adab adalah “al bu’du ansyammiriisithoriqoh” em>jauhkan dirimu dari merasa kamu sudah mencapai maqam dalam thoriqat. Ini normatif, jangan salah faham saya tidak bermaksud menyinggung siapapun. Wahai semua murid kontrol hati masing-masing jangan sampai anda merasa “aku sih sudah punya maqam/kelas tertentu”. Seribu kali karomah melimpah pada kita, tidak ada karomah itu karomah dirimu sendiri. Bahkan dalam Kitab Al Hikam dikatakan “innamaa nahnu fitnatun idzaa fatahalaka baaban minattawajjuh fala tubaali ‘an ghalla ‘amalu” kalau anda dalam belajar thariqat merasakan kehebatan/keluarbiasaan yang diberikan Allah pada diri saudara, hati-hati jangan menganggap bahwa itu adalah tempat tertinggi bagi saudara. “falmathluubu amaamat” yang kau cari masih di depan sana. Silahkan saudara-saudara mau mengambil pemikiran yang mana, mari kita istiqamah...istiqomah....kita selalu berdo’a diakhiri dengan “Wa’tashimu bi hablillah” berpeganglah semuanya pada tali Allah, “walaa tafarroquu” jangan bercerai berai, jangan.... kita sedang diuji, iman kita sedang diuji, kebenaran kita dalam berthariqat sedang diuji, ruh kita sedang diuji, qalbu kita sedang diuji. Bagi yang masih berada dibelakang kira-kira maqamnya sabarlah, tidak usah menyalip orang. Bagi yang sudah di depan hati-hati....offsite. Semuanya kontrol diri. Saya bicara begini supaya tidak ada yang gagal.
Hadirin rohimakumullah.
“walaa tasummu riihat thoriqat” jangan pernah Anda merasa bahwa Aku telah sampai pada “rih” tertentu,
jangan. Lebih baik kita posisikan diri kita
adalah sebagai Khodim. Allah telah menurunkan alat utama, raja semua
amalan, kalimat maha sakti, pusaka yang sangat mulia, kalimatut
thayyibah, kalimatul ikhlas
“LAA ILAAHA ILLALLAAH”. Bersyukurlah kita yang bodoh dan yang kotor dipertemukan dengan Pondok Pesantren Suryalaya, semoga istiqomah semua,
semoga tawadhu semua, semoga lurus semua. Sejelek-jeleknya orang kalau lurus insya Allah ada harapan untuk sampai tujuan.
Terakhir marilah kita berdo’a : “Yaa Allah Andai Engkau berkehendak, semoga Engkau berkehendak untuk mengangkat pelanjut dari lingkungan keluarga Beliau”.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.(sumber http://www.suryalaya.org)
Terakhir marilah kita berdo’a : “Yaa Allah Andai Engkau berkehendak, semoga Engkau berkehendak untuk mengangkat pelanjut dari lingkungan keluarga Beliau”.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.(sumber http://www.suryalaya.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar