Jumat, 18 Oktober 2013
BERITA DUKA
Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun.
Telah Berpulang ke Rahmatullah KH. R. Abdullah Syarif (Akeh)
(Wakil Talqin TQN Pontren Suryalaya/Sesepuh Ikhwan TQN Pontren
Suryalaya Tasikmalaya Utara),
Pada hari Jum'at, 18 Oktober 2013 M / 13 Dzulhijah 1434 H pukul 19.20
WIB. di kediaman Jl. Perjuangan No. 104 Ciawi - Tasikmalaya.
Dan akan dimakamkan dikomplek Pemakaman Keluarga Mesjid Baitul Gofur
Ciawi -Tasikmalaya.
Semoga Iman, Islam, dan Ihsan juga segala amal ibadah Beliau diterima disisi Allah SWT.
Kepada keluarga yang ditinggalkan semoga Allah SWT memberikan ketabahan dan kesabaran dalam menerima musibah ini.
Untuk seluruh Ikhwan dan Akhwat TQN Pondok Pesantren Suryalaya dimohon untuk melaksanakan Sholat Ghoib dan tahlil juga do'a-do'a lainnya yang dikhususkan untuk Beliau.
Kepada keluarga yang ditinggalkan semoga Allah SWT memberikan ketabahan dan kesabaran dalam menerima musibah ini.
Untuk seluruh Ikhwan dan Akhwat TQN Pondok Pesantren Suryalaya dimohon untuk melaksanakan Sholat Ghoib dan tahlil juga do'a-do'a lainnya yang dikhususkan untuk Beliau.
Pondok Pesantren Suryalaya mengeluarkan Edaran BERITA DUKA.
http://www.suryalaya.org/ver2/main.html
Minggu, 21 Juli 2013
IDUL FITRI DAN UMAT ISLAM
Oleh : KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhab
Idul fitri artinya kembali fitrah. Baik itu fitrah pribadi maupun fitrah umat. Dalam pengertian idul fitri pribadi terdapat pengertian yang dangkal yaitu kembali makan pagi. Pengertian yang lainnya adalah kembali kepada kejahatan atau keburukan. Dan pengertian yang lebih mendalam lagi adalah kembali bersih lahir bathin. Yang terakhir inilah yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Karena untuk bisa bersih lahir dan bathin kita memerlukan pembimbing yang memang sudah bersih hatinya. Lebih jelas lagi bahwa bersih lahir-bathin itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah dididik dibawah pendidikan seorang Mursyid.
Secara operasional untuk membersihkan lahir-bathin kita harus kembali kepada Maroji (buku pintar) yang bagi kita Ikhwan TQN PP. Suryalaya adalah Kitab Miftahush-Shudur yang lebih ringkasnya adalah Tanbih.
Jika kita telah mampu kembali kepada kedua hal tadi maka akan terbentuklah manusia yang bermujahabah untuk menurunkan nasrotullah yang penuh kasih sayang selain itu dengan mujahadah, dzikir, khataman dan riyadhah lainnya juga akan membukakan “Lemari-lemari Allah”. Dengan demikian perjuangan kita akan dibantu oleh Allah sehingga terasa ringan dan berhasil.
Didalam kitab Miftahush-Shudur disebutkan bahwa orang-orang yang belajar tarekat Qodiriyyah harus mempunyai hal-hal berikut :
Akhirnya marilah kita ambil hikmah dari Syawal : Syin-nya kita jadikan syukur atau ahli syukur. Wawu-nya dari kata wushul yaitu sampai kepada Allah. Alif-nya kita ambil dari kata Ushul yaitu meneliti, melaksanakan kaidah-kaidah dasar lingkungan kita. Dan lam-nya dari kata Liqa yang artinya bertemu dengan Allah. Bertemu dengan Allah bukan nanti setelah meninggal. Tetapi harus bisa dari sekarang. Sehingga kita mendapatkan perjuangan hidup ini. Amin.
sumber : suryalaya.org
Idul fitri artinya kembali fitrah. Baik itu fitrah pribadi maupun fitrah umat. Dalam pengertian idul fitri pribadi terdapat pengertian yang dangkal yaitu kembali makan pagi. Pengertian yang lainnya adalah kembali kepada kejahatan atau keburukan. Dan pengertian yang lebih mendalam lagi adalah kembali bersih lahir bathin. Yang terakhir inilah yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Karena untuk bisa bersih lahir dan bathin kita memerlukan pembimbing yang memang sudah bersih hatinya. Lebih jelas lagi bahwa bersih lahir-bathin itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah dididik dibawah pendidikan seorang Mursyid.
Secara operasional untuk membersihkan lahir-bathin kita harus kembali kepada Maroji (buku pintar) yang bagi kita Ikhwan TQN PP. Suryalaya adalah Kitab Miftahush-Shudur yang lebih ringkasnya adalah Tanbih.
Jika kita telah mampu kembali kepada kedua hal tadi maka akan terbentuklah manusia yang bermujahabah untuk menurunkan nasrotullah yang penuh kasih sayang selain itu dengan mujahadah, dzikir, khataman dan riyadhah lainnya juga akan membukakan “Lemari-lemari Allah”. Dengan demikian perjuangan kita akan dibantu oleh Allah sehingga terasa ringan dan berhasil.
Didalam kitab Miftahush-Shudur disebutkan bahwa orang-orang yang belajar tarekat Qodiriyyah harus mempunyai hal-hal berikut :
- Pertama adalah “Himmatul Aliyah”. Yaitu cita-cita yang tinggi (untuk
pribadi) ialah keinginan untuk arif billah yaitu orang-orang yang
seluruh tingkah lakunya cocok atau sesuai dengan perintah Allah. Untuk
mencapainya tidak bisa dilakukan sendirian, tetapi memerlukan seorang
bimbingan seorang Guru Mursyid yang akan membawa kita mencapai empat
lapis alam yaitu : Nasut, Malakut, Jabarut, dan Lahut, hingga akhirnya
wushul Illallah.
Selanjutnya harus pula memiliki cita-cita untuk mendakwahkan Islam keseluruh dunia. Hal ini harus dilakukan dengan hikmah, yaitu bijaksana dan penuh kasih sayang. Metode dakwah yang bisa dilakukan adalah dengan lisan, dengan contoh perbuatan dan dengan ruh. Untuk yang terakhir ini hanya bisa dilakukan dengan ibadah-ibadah seperti dzikir, khataman, dan riyadhah lainnya yang akan memberikan petunjuk kepada pemeluknya dan orang lain.
- Kedua adalah “Hidmatul hurmat”. Yaitu selalu menghormati orang lain terutama Guru Mursyid, diantara kita (umat manusia bahkan seluruh makhluk) tidak boleh saling melecehkan, karena siapa tahu orang lain itu lebih mulia di mata allah. Dengan demikian kita harus menghormati sesam agama Islam, sesama bangsa bahkan seluruh umat manusia.
- Ketiga adalah “husnul Khidmat”. Adalah memperbaiki khidmat sebaik-baiknya.
- Keempat adalah “Nufudul Udzmah” . Yaitu melakukan amalan cukup berat seperti amalan Inabah.
- Dan yang kelimanya adalah “Tadhimul Ni’mat” yaitu memuliakan dan mengagungkan nikmat-nikmat dari Allah.
Akhirnya marilah kita ambil hikmah dari Syawal : Syin-nya kita jadikan syukur atau ahli syukur. Wawu-nya dari kata wushul yaitu sampai kepada Allah. Alif-nya kita ambil dari kata Ushul yaitu meneliti, melaksanakan kaidah-kaidah dasar lingkungan kita. Dan lam-nya dari kata Liqa yang artinya bertemu dengan Allah. Bertemu dengan Allah bukan nanti setelah meninggal. Tetapi harus bisa dari sekarang. Sehingga kita mendapatkan perjuangan hidup ini. Amin.
sumber : suryalaya.org
WAWASAN RAMADHAN
Oleh : KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhaba
ceramah/khidmat manaqib tqn suryalaya januari 2000
Telah kita ketahui bahwa setiap bulan mempunyai hikmah masing-masing. Begitu juga dengan bulan Ramadhan.
Huruf pertama yaitu “Ra”, bisa berasal dari kata Ru’yatullah. Hal ini sesuai dengan sebuah hadits, “Bagi siapa yang berpuasa, Allah akan memberikan dua kebahagiaan, yang pertama kebahagiaan pada saat ta’jil (berbuka puasa), sedangkan yang kedua akan mendapatkan kebahagiaan pada saat liqa’ (bertemu dengan Allah)”.
Untuk lebih memahami arti liqa bisa kita baca kitab Sirrul Asror karya Tuan Syeikh Abdul Qadir al-Zaelani q.s. halaman 49. Di dalamnya disebutkan bahwa manusia (muslim) harus melakukan shaum lahir dan bathin.
Shaum itu ada tiga tingkatan.
Ketiga jenis puasa ini harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Jadi ada puasa syariat dan puasa tharekat, dan keduanya harus dilaksanakan. Puasa syariat telah kita ketahui bersama. Sedangkan puasa tharekat adalah menjaga sekujur tubuh dari hal-hal yang diharamkan dan dilarang. Juga dari sifat yang tercela. Baik yang lahir maupun bathin di waktu siang dan di waktu malam. Jika berbuat hal-hal yang tercela maka batallah puasa tharekatnya. Sehingga dia harus memulainya lagi terus menerus hingga meninggal dunia. Mudah-mudahan ketika wafat dalam keadaan yang baik (shaum tharekat).
Huruf Kedua adalah “Mim”. Yang berarti magfiratullah (ampunan Allah). Untuk mendapatkan ampunan-Nya, maka kita harus bertaubat. Hukum bertaubat adalah wajib. Mudah-mudahan dengan berpuasa Allah akan mengampuni dosa-dosa kita, orang tua kita, dan seluruh ummat Islam. Amin. Ampunan dari Allah itu sangat berharga sekali bagi kita, sehingga lebih berharga dibandingkan dengan rezeki. Karena jika memperoleh ampunan Allah maka kita pun akan mendapatkan rezeki. Tetapi jika mendapatkan rezeki belum tentu mendapatkan ampunan dari-Nya.
Huruf Ketiga adalah “Dhadh” yang berasal dari Dhimanullah (tanggungan Allah). Didalam sebuah hadits Qudsyi Allah berfirman :”Shaum itu untuk Aku”. Maksudnya kalau shalat atau haji itu pahalanya untuk orang yang mengerjakannya tetapi shaum itu untuk Allah. Hal ini menunjukkan bahwa shaum agak berbeda dengan ibadah lainnya.
Selanjutnya masih dalam hadits tersebut : “…dan orang yang melaksanakan shaum akan Aku balas nanti, dan Aku tanggung dia”. Inilah tanggungan Allah yang harus kita kejar, semoga kita mendapatkannya.
Huruf Keempat adalah “Alif”, berasal dari Ufatullah (kasih sayang Allah). Dia adalah Maha Pengasih dan Penyayang kepada semua makhluk-Nya. Sedangkan kita kebanyakan ingin disayangi oleh Allah tetapi tidak mau menyayangi sesama. Dalam kontek inilah kiranya sangat tidak pantas diantara kita (pengamal TQN PP. Suryalaya) terjadi pertikaian.
Padahal Tanbih mengajarkan “Jangan sampai ada pertikaian dengan sesama”. Jika terjadi sesuatu hal diantara kita marilah kita koreksi diri. Jangan saling menyalahkan, hendaknya saling nasehat-menasehati atau mengingatkannya. Karena kesalahan sendiri biasanya kelihatan. Butuh orang lain untuk menyadarkannya.
Huruf Kelima adalah “Nun” (nurullah). Nurullah atau cahaya Allah ini marilah kita berupaya untuk mendapatkannya. Yang dimaksud cahaya Allah ini adalah al-Qur’an, dzikir, hati yang bersih, dan lain-lain. Kebanyakan kita baru bisa menyalurkan nasehat kepada orang lain melalui lisan kita kemudian didengar oleh telinga dan disimpan didalam otak. Belum bisa menyalurkan cahaya Allah itu menembus kedalam hati. Dengan demikian, marilah kita tingkatkan kualitas dzikir kita. Selain menunggu pantulan cahaya Allah melalui Syaikh Mursyid juga kita pun menyalurkannya kepada keluarga dan masyarakat kita. Amin.
sumber : suryalaya.org
ceramah/khidmat manaqib tqn suryalaya januari 2000
Telah kita ketahui bahwa setiap bulan mempunyai hikmah masing-masing. Begitu juga dengan bulan Ramadhan.
Huruf pertama yaitu “Ra”, bisa berasal dari kata Ru’yatullah. Hal ini sesuai dengan sebuah hadits, “Bagi siapa yang berpuasa, Allah akan memberikan dua kebahagiaan, yang pertama kebahagiaan pada saat ta’jil (berbuka puasa), sedangkan yang kedua akan mendapatkan kebahagiaan pada saat liqa’ (bertemu dengan Allah)”.
Untuk lebih memahami arti liqa bisa kita baca kitab Sirrul Asror karya Tuan Syeikh Abdul Qadir al-Zaelani q.s. halaman 49. Di dalamnya disebutkan bahwa manusia (muslim) harus melakukan shaum lahir dan bathin.
Shaum itu ada tiga tingkatan.
- Shaum umum yaitu menjaga lubang-lubang (bukan hanya perut tetapi juga lubang telinga, mata, hidung, lubang depan dan lubang belakang) dari sesuatu yang masuk sampai pada batas batin (yang tidak terlihat dari luar).
- Shaum tingkatan kedua yaitu shaum khusus; menjaga sekujur badan dari segala, maksiat (mata, telinga, mulut, tangan, kaki, dan lain-lain).
- Shaum Khawasil Khawas; yaitu menjaga hati dari lupa kepada Allah.
Ketiga jenis puasa ini harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Jadi ada puasa syariat dan puasa tharekat, dan keduanya harus dilaksanakan. Puasa syariat telah kita ketahui bersama. Sedangkan puasa tharekat adalah menjaga sekujur tubuh dari hal-hal yang diharamkan dan dilarang. Juga dari sifat yang tercela. Baik yang lahir maupun bathin di waktu siang dan di waktu malam. Jika berbuat hal-hal yang tercela maka batallah puasa tharekatnya. Sehingga dia harus memulainya lagi terus menerus hingga meninggal dunia. Mudah-mudahan ketika wafat dalam keadaan yang baik (shaum tharekat).
Huruf Kedua adalah “Mim”. Yang berarti magfiratullah (ampunan Allah). Untuk mendapatkan ampunan-Nya, maka kita harus bertaubat. Hukum bertaubat adalah wajib. Mudah-mudahan dengan berpuasa Allah akan mengampuni dosa-dosa kita, orang tua kita, dan seluruh ummat Islam. Amin. Ampunan dari Allah itu sangat berharga sekali bagi kita, sehingga lebih berharga dibandingkan dengan rezeki. Karena jika memperoleh ampunan Allah maka kita pun akan mendapatkan rezeki. Tetapi jika mendapatkan rezeki belum tentu mendapatkan ampunan dari-Nya.
Huruf Ketiga adalah “Dhadh” yang berasal dari Dhimanullah (tanggungan Allah). Didalam sebuah hadits Qudsyi Allah berfirman :”Shaum itu untuk Aku”. Maksudnya kalau shalat atau haji itu pahalanya untuk orang yang mengerjakannya tetapi shaum itu untuk Allah. Hal ini menunjukkan bahwa shaum agak berbeda dengan ibadah lainnya.
Selanjutnya masih dalam hadits tersebut : “…dan orang yang melaksanakan shaum akan Aku balas nanti, dan Aku tanggung dia”. Inilah tanggungan Allah yang harus kita kejar, semoga kita mendapatkannya.
Huruf Keempat adalah “Alif”, berasal dari Ufatullah (kasih sayang Allah). Dia adalah Maha Pengasih dan Penyayang kepada semua makhluk-Nya. Sedangkan kita kebanyakan ingin disayangi oleh Allah tetapi tidak mau menyayangi sesama. Dalam kontek inilah kiranya sangat tidak pantas diantara kita (pengamal TQN PP. Suryalaya) terjadi pertikaian.
Padahal Tanbih mengajarkan “Jangan sampai ada pertikaian dengan sesama”. Jika terjadi sesuatu hal diantara kita marilah kita koreksi diri. Jangan saling menyalahkan, hendaknya saling nasehat-menasehati atau mengingatkannya. Karena kesalahan sendiri biasanya kelihatan. Butuh orang lain untuk menyadarkannya.
Huruf Kelima adalah “Nun” (nurullah). Nurullah atau cahaya Allah ini marilah kita berupaya untuk mendapatkannya. Yang dimaksud cahaya Allah ini adalah al-Qur’an, dzikir, hati yang bersih, dan lain-lain. Kebanyakan kita baru bisa menyalurkan nasehat kepada orang lain melalui lisan kita kemudian didengar oleh telinga dan disimpan didalam otak. Belum bisa menyalurkan cahaya Allah itu menembus kedalam hati. Dengan demikian, marilah kita tingkatkan kualitas dzikir kita. Selain menunggu pantulan cahaya Allah melalui Syaikh Mursyid juga kita pun menyalurkannya kepada keluarga dan masyarakat kita. Amin.
sumber : suryalaya.org
KHIDMAT ILMIAH MANAQIB BULAN RABIUL AKHIR 1434 H Oleh : K.H. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab (Sabtu, 12 Rabiul Akhir 1434 H / 23 Pebruari 2013 M)
KHIDMAT ILMIAH MANAQIB BULAN RABIUL AKHIR 1434 H
Oleh : K.H. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab
(Sabtu, 12 Rabiul Akhir 1434 H / 23 Pebruari 2013 M)
Oleh : K.H. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab
(Sabtu, 12 Rabiul Akhir 1434 H / 23 Pebruari 2013 M)
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Almukaromin wal muhtaromin. Bil khusus ruhna Hadrotis Syaikh Guru Agung
Pangersa Abah (KH. A. Shohibulwafa Tajul Arifin), almukaromin para wakil
talqin,
keluarga besar Pangersa Abah Sepuh dan Pangersa Abah Anom, para pengurus
YSB Suryalaya Pusat, Korwil, Perwakilan, Pembantu Perwakilan,
Mubalighin/Mubalighat,
Ibu Bella, semua ikhwan wal akhwat rohimakumullah.
Hadirin, bulan Maulid Rabiul Awal manaqib kita adalah berkaitan dengan Peringatan Maulid Nabi.
Bulan Rabiul Akhir, kalau orang sunda menyebutnya “silih mulud”, kalau orang jawa banyak menyebutnya “syawal mulud/ ba’dil mulud”. Ada hal yang sangat terkait sebagaimana yang dibacakan oleh pembaca Manqobah (KH. Abdul Qohir), beliau membacakan tentang Wafatnya Guru Agung, Pemimpinnya para wali, imamnya para asfiya (para sufiya), gaidnya para ahli ma’rifat Syaikh Abdul Qodir Al Jailani qs.
Bulan Rabiul Akhir, kalau orang sunda menyebutnya “silih mulud”, kalau orang jawa banyak menyebutnya “syawal mulud/ ba’dil mulud”. Ada hal yang sangat terkait sebagaimana yang dibacakan oleh pembaca Manqobah (KH. Abdul Qohir), beliau membacakan tentang Wafatnya Guru Agung, Pemimpinnya para wali, imamnya para asfiya (para sufiya), gaidnya para ahli ma’rifat Syaikh Abdul Qodir Al Jailani qs.
Izin Allah qori kita (Ust. Abdul Wahid) membacakan surat Al Muluk. Kalau
ditanya bagi orang yang berthariqat ayat Quran-nya ayat quran mana sih ?
Saya melihat sebuah budaya, fenomena yang berjalan, mungkin karena
keterbatasan bekal ilmu banyak sekali orang berthariqat yang kalau
mengangkat Quran
sebatas ayat-ayat yang ada “dzikru”nya, misal : fadzkuru, dzakirin, dzakiro, udzkur. Di satu pihak baik, jangan sebut salah,karena itu memang
Al Quran.
Kurang lebih kalau kita membuka Kitab Mu’jam Al Mufaros ada 300 ayat lebih yang memakai kalimat “dzikru”. Tetapi jangan menganggap ayat lain bukan ayat dzikir, ini kepada Sauradara-saudara saya para Mubaligh/Mubalighoh terutama silahkan, dari mulai Al Fatihah sampai An Nas semuanya Al Quran itu disebur dzikir “inna nahnu nazzalna dzikro wa inna lahu lahaafidzuun” sebab ketika mubaligh kita mengangkatnya hanya ayat dzikir, terus terang oleh ulama yang tidak senang terhadap thoriqat, maaf ditertawakan. Ayo kita tambahkan ilmu, sesuai dengan Maklumat Guru Agung Pangersa Abah “Tambahkan pengetahuan”, belajar dzikir tidak menafikan pengetahuan karena pengetahuan menjadi syarat di dalam berdzikir. Yang jangan itu berfatwa berlebihan, bahwa untuk belajar dzikir thoriqat harus sudah mengusai 12 pan umpama, itu opini yang dibuat, tidak begitu. Anda bodoh super bodoh sekalipun sah untuk mengambil belajar thoriqat. Tidak faham Quran tidak faham Hadits masuk Islamnya pun baru umpamanya, sah.
Ada pengalaman saya : waktu itu ada yang baru masuk Islam dan ingin juga mendapatkan talqin dzikir thoriqat, waktu itu saya tidak berani. Saya telepon dulu ke Pangersa Abah (hati-hati .....hati-hati..... kepada yang pintar-pintar, dalam hal-hal thoriqiyyah ada tatakrama tertentu), saya tidak langsung mengiyakan. Setelah ada jawaban baru Saya lakukan proses talqin tersebut.
Kurang lebih kalau kita membuka Kitab Mu’jam Al Mufaros ada 300 ayat lebih yang memakai kalimat “dzikru”. Tetapi jangan menganggap ayat lain bukan ayat dzikir, ini kepada Sauradara-saudara saya para Mubaligh/Mubalighoh terutama silahkan, dari mulai Al Fatihah sampai An Nas semuanya Al Quran itu disebur dzikir “inna nahnu nazzalna dzikro wa inna lahu lahaafidzuun” sebab ketika mubaligh kita mengangkatnya hanya ayat dzikir, terus terang oleh ulama yang tidak senang terhadap thoriqat, maaf ditertawakan. Ayo kita tambahkan ilmu, sesuai dengan Maklumat Guru Agung Pangersa Abah “Tambahkan pengetahuan”, belajar dzikir tidak menafikan pengetahuan karena pengetahuan menjadi syarat di dalam berdzikir. Yang jangan itu berfatwa berlebihan, bahwa untuk belajar dzikir thoriqat harus sudah mengusai 12 pan umpama, itu opini yang dibuat, tidak begitu. Anda bodoh super bodoh sekalipun sah untuk mengambil belajar thoriqat. Tidak faham Quran tidak faham Hadits masuk Islamnya pun baru umpamanya, sah.
Ada pengalaman saya : waktu itu ada yang baru masuk Islam dan ingin juga mendapatkan talqin dzikir thoriqat, waktu itu saya tidak berani. Saya telepon dulu ke Pangersa Abah (hati-hati .....hati-hati..... kepada yang pintar-pintar, dalam hal-hal thoriqiyyah ada tatakrama tertentu), saya tidak langsung mengiyakan. Setelah ada jawaban baru Saya lakukan proses talqin tersebut.
Ini bagi saya menjadi bukti bahwa untuk menjagi pengamal thoriqat
manapun khususnya TQN Pontren Suryalaya, bukan tidak boleh belajar ilmu
tapi tidak disyaratkan
harus sudah tinggi ilmu. Catat itu, sering salah faham itu. Mau dari
dalam dulu terus yang luar, silahkan. Dari luar dulu terus yang dalam,
boleh.
Bijaksananya....masya Allah. Alhadulillah. Ini semua adalah sebuah
Ijtihad, tidak berlebihan kalau saya menyebutkan Hadrotus Syaikh Guru Agung
Pangersa Abah adalah Al Mujtahid fith-thoriq. Bukan mujtahid
dalam fiqih, tapi beliau mendapatkan kemampuan membuat
kebijakan-kebijakan di dalam hal
berthoriqat. Antara lain : Andai belajar thoriqat ini harus memenuhi
syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh para sufiyyah masa lalu, maka
orang seperti kita
tidak kebagian. Paling menjadi pengikut bagian belakang, tidak ikut
mengamalkan. Beliau bekerja keras, beliau melakukan Muroqobah pada Allah,
Beliau melakukan Riyadhah, saum yang sangat lama, sholatul lail yang tiada bolos tiada kosong, munajat dengan ikhlas, maka orang-orang yang
sekelas kita yang begitu kotor, bodoh mendapatkan kesempatan untuk mengamalkan. Alhamdulillah. Terimakasih......Guru Agung, ..........terimakasih.
Sungguh banyak ulama yang ilmunya tinggi tapi oleh Allah tidak diberi
kesempatan. Tetapi Allah memberikan kelebihan, kelebihan yang terutama
adalah dibidang
ma’rifat , di bidang ibadah, dibidang akhlaq. Andai karena tidak
belajar Akhlaq, mohon maaf pak kalau soal ngaji kitab, Sukabumi, Cianjur
jagonya.
Wong Pangersa Abah sendiri belajar ngajinya dari Cianjur (dari
Jambudwipa, Cicariang) di Sukabumi (Cimalati) kalau soal ilmu, tetapi
tugas dari Allah kita
bukan sekedar ilmu, mari kita rujuk kepada surat tadi.
Sebagai khodim Pesantren Suryalaya, apapun
pangkatmu, setinggi apapun pengetahuanmu, sehebat apapun ibadahmu,
sehebat apapun kemampuan
manajemenmu yang namanya murid Suryalaya, semuanya adalah Khodim
(Pelayan). Seluruh murid TQN Pontren Suryalaya, setinggi apapun ilmunya,
sehebat apapun ibadahnya,
sehebat apapun amalnya, sekaya apapun hartanya, sehebat apapun
kepemimpinannya, setinggi apapun pangkatnya, posisikan diri anda semua
jangan ragu kita
semua adalah Khodim (Pelayan). Kita tidak boleh lupa perkataan Khodimul Muqoddam (Khodim utama), saya menyebutnya di antara khodim utama
adalah Pangersa Akeh, Pangersa Aang-Cianjur, sepuh-sepuh yang terus berkhidmat. Beliau mengatakan di mimbar ini “Awas jangan lupa tujuan kita semua kesini
untuk menerima limpahan” siapkan wajannya, yang bolong ditutup, buang yang berkarat, “sugan we sa kecret luluberan teh kena ka urang” barangkali
saja ada setetes limpahan itu kena kepada kita, maaf tidak bermaksud menasihati siapapun jangan salah faham.
Hadirin rahimakumullah.
Kita adalah Khodim, para pelayan. “tabaarokalladzii biyadihil mulk” Maha Barokah dzat Allah yang ditangan Dia seluruh kerajaan bumi, langit, dunia, akhirat
semua kekuasaan ditangan Dia. “Wahuwa ‘ala kulli syai-in qodiir” Dia terhadap segala sesuatu (apapun sesuatu itu) mampu. Bagaimana tidak mampu
wong Dia Sang Pencipta, Dia yang mentakdirkan. Dan Dia pula “alladzii kholaqol maut” yang menciptakan maut. Kalau bicara maut jangan sebatas maut setelah
hidup, wong sebelum hidup juga kita sudah maut, tadinya maut lalu hidup setelah hidup maut setelah maut hidup lagi, “wal hayat” dan
hidup.
Khususnya hidup di muka bumi ini untuk apa Ya Allah kami dihidupkan
dimuka bumi ini ? (ngadon ngariweuhkeun, ngadon ngaheuheurinanan) Allah
berfirman
“liyabluwakum” untuk menguji, ngetes, imtihan, mencoba; “ayyukum ahsanu ‘amala” siapa
diantara kamu sekalian yang amalannya
(amalan urusan ukhrowinya, dunianya, ibadahnya, aqidahnya, pelayanannya;
amal itu jangan disempitkan hanya sholat rukun Islam saja bukan, semua
pekerjaan, amal).
Awas kawan-kawan, awas para wakil talqin, hati-hati para pengurus,
kawan-kawan di gugus depan di Suryalaya ketika mengalami barokah dari Pangersa Guru Agung
Hadrotus Syaikh Pangersa Abah Anom, jangan pernah dalam hati kita mengatakan “Aku Hebat”. Ke Ananiyahan sangat
berbahaya di dalam Thoriqat.
Yang muncul dalam qalbu kita adalah Agungnya Guru, Karomah Guru. Saya
berani berandai-andai. Andai semua pimpinan di tingkat negara maupun
keumatan memahami Tanbih
Pangersa Abah Sepuh yang ditandatangi oleh Guru Agung Pangersa Abah
Anom, dunia pasti aman, masyarakat pasti sejahtera.
“huwal ‘azis” Allah Maha Perkasa, “huwal ghafur” Allah Maha Pengampun, diantara kerja Allah adalah “alladzii kholaqo sab’a samaawaatin tibaaq”
Allahlah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.
Salah satu Adab Murid di dalam thariqat yang terdapat dalam Kitab Anwarul Qudsiyyah diantaranya “yaqinuka bi anna syaikhoka mursyiduka” keyakinanmu bahwa gurumu adalah mursyidmu yakini jangan ragu-ragu, kalau anda ragu-ragu maka dia sebesar dugaan kita. Abah Anom adalah Waliyyan Mursyida seorang Waliyullah yang sampai ke tingkat Irsyad dan ia mampu membawa ruh kita dari mulqi ke alam lahut. Kita sekalian posisinya adalah sebagai khodim. Di dalamnya (kitab Anwarul Qudsiyyah) ada apa lagi, diantara 24 adab adalah “al bu’du ansyammiriisithoriqoh” em>jauhkan dirimu dari merasa kamu sudah mencapai maqam dalam thoriqat. Ini normatif, jangan salah faham saya tidak bermaksud menyinggung siapapun. Wahai semua murid kontrol hati masing-masing jangan sampai anda merasa “aku sih sudah punya maqam/kelas tertentu”. Seribu kali karomah melimpah pada kita, tidak ada karomah itu karomah dirimu sendiri. Bahkan dalam Kitab Al Hikam dikatakan “innamaa nahnu fitnatun idzaa fatahalaka baaban minattawajjuh fala tubaali ‘an ghalla ‘amalu” kalau anda dalam belajar thariqat merasakan kehebatan/keluarbiasaan yang diberikan Allah pada diri saudara, hati-hati jangan menganggap bahwa itu adalah tempat tertinggi bagi saudara. “falmathluubu amaamat” yang kau cari masih di depan sana. Silahkan saudara-saudara mau mengambil pemikiran yang mana, mari kita istiqamah...istiqomah....kita selalu berdo’a diakhiri dengan “Wa’tashimu bi hablillah” berpeganglah semuanya pada tali Allah, “walaa tafarroquu” jangan bercerai berai, jangan.... kita sedang diuji, iman kita sedang diuji, kebenaran kita dalam berthariqat sedang diuji, ruh kita sedang diuji, qalbu kita sedang diuji. Bagi yang masih berada dibelakang kira-kira maqamnya sabarlah, tidak usah menyalip orang. Bagi yang sudah di depan hati-hati....offsite. Semuanya kontrol diri. Saya bicara begini supaya tidak ada yang gagal.
Salah satu Adab Murid di dalam thariqat yang terdapat dalam Kitab Anwarul Qudsiyyah diantaranya “yaqinuka bi anna syaikhoka mursyiduka” keyakinanmu bahwa gurumu adalah mursyidmu yakini jangan ragu-ragu, kalau anda ragu-ragu maka dia sebesar dugaan kita. Abah Anom adalah Waliyyan Mursyida seorang Waliyullah yang sampai ke tingkat Irsyad dan ia mampu membawa ruh kita dari mulqi ke alam lahut. Kita sekalian posisinya adalah sebagai khodim. Di dalamnya (kitab Anwarul Qudsiyyah) ada apa lagi, diantara 24 adab adalah “al bu’du ansyammiriisithoriqoh” em>jauhkan dirimu dari merasa kamu sudah mencapai maqam dalam thoriqat. Ini normatif, jangan salah faham saya tidak bermaksud menyinggung siapapun. Wahai semua murid kontrol hati masing-masing jangan sampai anda merasa “aku sih sudah punya maqam/kelas tertentu”. Seribu kali karomah melimpah pada kita, tidak ada karomah itu karomah dirimu sendiri. Bahkan dalam Kitab Al Hikam dikatakan “innamaa nahnu fitnatun idzaa fatahalaka baaban minattawajjuh fala tubaali ‘an ghalla ‘amalu” kalau anda dalam belajar thariqat merasakan kehebatan/keluarbiasaan yang diberikan Allah pada diri saudara, hati-hati jangan menganggap bahwa itu adalah tempat tertinggi bagi saudara. “falmathluubu amaamat” yang kau cari masih di depan sana. Silahkan saudara-saudara mau mengambil pemikiran yang mana, mari kita istiqamah...istiqomah....kita selalu berdo’a diakhiri dengan “Wa’tashimu bi hablillah” berpeganglah semuanya pada tali Allah, “walaa tafarroquu” jangan bercerai berai, jangan.... kita sedang diuji, iman kita sedang diuji, kebenaran kita dalam berthariqat sedang diuji, ruh kita sedang diuji, qalbu kita sedang diuji. Bagi yang masih berada dibelakang kira-kira maqamnya sabarlah, tidak usah menyalip orang. Bagi yang sudah di depan hati-hati....offsite. Semuanya kontrol diri. Saya bicara begini supaya tidak ada yang gagal.
Hadirin rohimakumullah.
“walaa tasummu riihat thoriqat” jangan pernah Anda merasa bahwa Aku telah sampai pada “rih” tertentu,
jangan. Lebih baik kita posisikan diri kita
adalah sebagai Khodim. Allah telah menurunkan alat utama, raja semua
amalan, kalimat maha sakti, pusaka yang sangat mulia, kalimatut
thayyibah, kalimatul ikhlas
“LAA ILAAHA ILLALLAAH”. Bersyukurlah kita yang bodoh dan yang kotor dipertemukan dengan Pondok Pesantren Suryalaya, semoga istiqomah semua,
semoga tawadhu semua, semoga lurus semua. Sejelek-jeleknya orang kalau lurus insya Allah ada harapan untuk sampai tujuan.
Terakhir marilah kita berdo’a : “Yaa Allah Andai Engkau berkehendak, semoga Engkau berkehendak untuk mengangkat pelanjut dari lingkungan keluarga Beliau”.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.(sumber http://www.suryalaya.org)
Terakhir marilah kita berdo’a : “Yaa Allah Andai Engkau berkehendak, semoga Engkau berkehendak untuk mengangkat pelanjut dari lingkungan keluarga Beliau”.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.(sumber http://www.suryalaya.org)
KHIDMAT ILMIAH MANAQIB BULAN RABIUL AWWAL 1434 H Oleh : K.H. Wahfiudin, MBA
|
Langganan:
Postingan (Atom)